Kamis, 04 November 2010

Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Beragam pengalaman politik dan ekonomi yang telah diperoleh Indonesia sejak kemerdekaan pada tahun 1945, era orde lama, era orde baru, dan hingga era reformasi seperti sekarang. Iklim politik yang dinamis dirasakan Indonesia saat peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru. Walaupun cenderung mengarah ke otoriter, namun kehidupan ekonomi ketika itu mengalami perubahan kearah lebih baik. Pada era orde baru kegiatan pemerintah memang lebih banyak mengarah ke bidang ekonomi, meski terkesan monopolistic, sedangkan era orde lama dan era reformasi sekarang pemerintah lebih cenderung kebidang politik. Tetapi tetap saja urusan ekonomi menjadi perhatian pemerintah sekarang ini karena melihat terjadinya krisis ekonomi global.


A. Era Orde Lama (1945 - 1966)
Ketidakstabilan kehidupan politik dan seringnya kabinet berganti membuat perekonomian pun kurang berkembang dengan baik. Pertumbuhan ekonomi mengalami kemunduran yang drastis dari 6,9 % pada periode 1952-1958 menjadi hanya 1,9 % saat periode 1960-1965. Ketika itu harga-harga terus membumbung tinggi karena terjadinya defisit anggaran belanja pemerintah yang terus meningkat setiap tahunnya yang kemudian dibiayai dengan mencetak uang baru.  Hingga pada akhir kekuasaan pada tahun 1966, laju inflasi terus meningkat mencapai 650 %.
B. Era Orde Baru (1966 - 1997)
Pada masa transisi ini, perekonomian Indonesia masih tidak menentu. Dari segi ekonomi saja banyak sekali masalah pelik yang diwariskan oleh orde lama kepada orde baru. Untuk menyelamatkan perekonomian ini, pemerintah menetapkan beberapa langkah prioritas kebijakan ekonomi dengan membagi dalam program jangka pendek dan jangka panjang.
Program jangka pendek ditempuh dalam dua tahun dengan empat tahap penyelamatan. Setelah dua tahun, dilanjutkan dengan program jangka panjang yang terdiri atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) yang berjalan penuh hingga Pelita VI, sedangkan pelita VII sempat berjalan satu anggaran tahun saja.
Pada era orde baru baru ini, terjadi krisis yang berkelanjutan dari krisis moneter, krisis ekonomi, krisis politik, hingga krisis sosial yang selalu diwarnai aksi demonstrasi mahasiswa. Aksi-aksi mahasiswa ini berujung turunnya Presiden Soeharto dari jabatannya yang menandai runtuhnya rezim orde baru. Selama rezim orde baru tersebut pembangunan diarahkan pada pencapaian Trilogi Pembangunan yang termasuk dalam rangkaian Pelita. Pada Pelita VI yang seharusnya direncanakan sebagai era pembangunan ekonomi tinggal landas (take off). Namun yang awalnya sektor pertanian sebagai penyumbang utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kemudian digantikan oleh sektor industri pengolahan. Langkah ini ternyata gagal, bukannya menjadi penghasil devisa, industri pengolahan ini malahan menjadi penghambur devisa.
Strategi industrialisasi import yang diterapkan pemerintah Indonesia ternyata telah gagal membawa perekonomian Indonesia tinggal landas dan mengurangi kesenjangan dengan negara-negara maju. Perekonomian Indonesia malahan semakin terpuruk karena fundamentalnya kurang kuat memegang sektor industri. Berarti dalam kasus ini, teori Fedrich List telah terbukti, bahwa di daerah berhawa tropis hanya cocok untuk sektor ekonomi pertanian.
C. Masa Reformasi (1998 - sekarang)
Krisis moneter yang belanjut dengan krisis ekonomi masih belum bisa dipisahkan pada masa reformasi ini. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998, namun belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan karena laju inflasi masih tinggi yaitu sekitar 10%. Hal berbeda terjadi pada tahun 1999 yang sudah mengalami pertumbuhan positif, pada tahun 1998 seluruh sektor masih mengalami pertumbuhan negatif.
 Sejak tahun 1999 hingga sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin menunjukan kearah yang menggembirakan. Di bawah kepemimpinan yang demokratis, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami pemulihan. Dari sini, Indonesia telah mendapatkan pengakuan di mata dunia hingga dinobatkan sebagai terbaik ketiga di dunia. Bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, ke depannya menargetkan pertumbuhan ekonomi selama 2010-2014 rata-rata sekitar 6,3 bahkan 6,9 % persen per tahun dengan pertumbuhan di tahun 2010 sebesar 7 % - 7,2 %. Namun tetap saja, semuanya dikembalikan lagi pada fluktuasi stabilitas sosial, politik, dan keamanan bangsa. Jika tidak terjadi pasang surut, maka semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Namun yang sangat membingungkan dari tahapan perkembangan ekonomi Indonesia adalah sebelum Indonesia menyelesaikan tahap Lepas Landas (take off), Indonesia langsung meloncat ke arah Konsumsi Tinggi (the age of high mass consumtion) seperti sekarang ini. Munculnya banyak masyarakat yang konsumtif di daerah perkotaan tanpa peduli dengan keadaan ekonomi bangsa. Belum lagi tingkat belanja para pejabat Negara yang tinggi sekali dengan memakai uang rakyat. Tentunya hal ini tanpa melewati tahap gerakanke arah kedewasaan (the drive of maturity).

Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari permasalahan kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, dimana pemilik modal besar yang lebih berkesempatan daripada pengusaha kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum,yaitu:
  1. Faktor Produksi, yaitu tenaga kerja harus dimanfaatkan dan seoptimal mungkin menggunakan bahan baku industri dalam negeri.
  2. Faktor Investasi, yaitu mempermudah kebijakan investasi dan berpihak pada pasar.
  3. Faktor perdagangan Luar Negeri dan Neraca pembayaran, harus surplus sehingga cadangan devisa bisa ditingkatkan dan nilai rupiah pun menjadi stabil.
  4. Faktor Kebijakan Moneter dan Inflasi, yaitu harus selalu mengantisipasi nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga sehingga dapat diterima pasar.
  5. Faktor Keuangan Negara, yaitu kemampuan membiayai pengeluaran pemerintah (defisit) dengan kebijakan fiskal yang konstruktif.

    sumber data:
    Subandi. 2005. Sistem Ekonomi Indonesia. Bandung: Alfabeta.

1 komentar: