Kamis, 04 November 2010

Seks Kapitalis Global Media Online




Tidak jarang kita mendengar perlawanan perlawan terhadap kapitalisme global di berbagai media, baik itu media online, media cetak maupun elektronik. Seperti apa yang pernah kami temui pada berberapa waktu yang lalu, dari salah satu seorang hacker yang pernah mengahack salah satu situs internet yang terkenal di salah satu negara di bagian Amerika, ia mengatakan “saya ngehack bukan untuk kesenangan pribadi, tapi itu adalah bentuk perlawanan saya terhadap kapitalisme global”. Memang kita juga tidak dapat mengatakan bahwa kapitalisme global itu hal yang negatif, karena dilain pihak kapitalisme global juga memiliki segi positifnya, seperti tekhnologi informasi yang cepat dan lain sebagainya. Tapi dari segi negatifnya kapitalisme global melahirkan pecandu-pecandu uang yang pada akhirnya diikuti dengan penanaman modal yang besar yang bertujuan mencari keuntungan dari konsumen. Sama halnya dengan kebutuhan biologis manusia(sex) sudah jauh dari makna aslinya. Sejatinya hubungan suami istri ini merupakan hal yang sangat suci tetapi pada era kapitalisme global  yang sekarang ini makna dari hubungan sex ini sudah sangat jauh menyimpang sehingga pada saat ini mencapai titik apa yang dinamakan Kapitalisme, yang tidak lain tujuannya adalah mencari keuntungan dengan apa yang mereka jual.
Teori yang dikemukakan Karl Max tentang kapitalisme, pada saat ini memang telah mencapai titik keemasanya. itu juga didukung oleh Hebert Schiller (1995), yang juga menyatakan kapitalisme telah berada di puncak sublimasinya (advance capitalism) di mana modal tidak  diterjemahkan dalam dimensi ekonomi, tapi juga nilai-nilai budaya  (cultural capital). Teori tentang kapitalis yang menyatakan bahwa pemilik modal adalah penguasa (Karl Max). Kapitalisme memang berpengaruh besar pada saat sekrang ini banyak sekali kemajuan tekhnogi yang menghadirkan  kecanggihan tiada tarra diera globalisasi. Saat ini kita hidup dalam sebuah zaman yang kerap disebut sebagai globalisasi. Suatu era di mana telah terjadi proses penyeragaman format budaya, politik, sosial, ekonomi pada masyarakat di belahan dunia manapun. “Perkembangan informasi media di bidang cyber memunculkan cyber culture atau e-culture yang dimana disini menjadi alat dominan kapitalis untuk menjual berbagai produknya, termasuk seks. Para pemilik modal mengerti betul bahwa seks dilahirkan dari sisi biologis, sehingga ketika direkayasa akan menjadi sebuah kebutuhan yang selalu dicari manusia. Kondisi inilah yang pada tahap berikutnya melahirkan situs-situs porno di internet, bacaan-bacaan cabul, milis-milis lendir dan chatting sex online di internet yang memang bertugas untuk memuaskan dahaga manusia akan seks” (wikimu.com). 
Dalam media cyber sangat mudah untuk mendapatkan site-site porn, bisa dari mulut kemulut hingga mensearch pada salah satu mesin pencari. Hal ini juga berakibat fatal pada yang menontonnya terbukti dari hasil survai terakhir suatu lembaga survey yang dilakukan di 33 provinsi tahun 2008, sebanyak 63 persen remaja mengaku sudah mengalami hubungan seks sebelum nikah,” kata Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN). Angka ini naik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan penelitian 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, ditemukan sekitar 47% hingga 54 % remaja mengaku melakukan hubungan seks sebelum nikah. "Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah. Peranan agama dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku remaja tersebut, data BKKBN melansir, para remaja rentan risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya. Data gaya hidup "ngesek pranikah" ini sekaligus mengkonfirmasikan data dari departemen kesehatan per September 2008. Data menyebutkan, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS 54 % adalah remaja. Oleh karena itu, BKKBN memandang penting keberadaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR) yang diharapkan mampu menjawab permasalahan kesehatan reproduksi remaja. PIK KRR juga dapat menjadi sarana remaja berkonsultasi mengembangkan kemauan dan kemampuan positifnya. Kemudian dari hasil penelitian yang juga kami lakukan terhadap anak usia 13-17 tahun, kami juga menemukan hal yang sama sekitar 90% dari hasil penelitian kami menyatakan bahwa mereka pernah menyaksikan videos, Photo dan lain sebagainya di media internet. Sekitar 80% dari mereka mengetahui dari temen, 20% mensearch lewat internet. Sungguh ironis billa kenyataan ini telah mereka terima, rasa penasaran yang telah ada pada dasar diri remaja sungguh makanan matang bagi cukong-cukong kapitalis yang mengahalalkan segala cara hanya demi uang. Coba kita liat sekali lagi 90%, bayangkan hampir semua dari anak-anak itu sudah pernah menyaksikan videos sex itu dan berakibat pada penasaran dan akhirnya mencoba sex itu
Kapitalisme global, memang telah melahirkan masyarakat yang terjebak dalam arus budaya pasar, yang selalu mendasarkan pada logika jual beli pada setiap aktivitasnya dan mengkonsumsi apapun yang ditawarkan pasar. Jean Paul Baudillard menyebut masyarakat seperti ini dengan masyarakat konsumen (consumer society), atau masyarakat komoditas dalam bahasa Teodore W Adorno. Istilah konsumen dan komoditi sendiri sudah menyiratkan pada suatu mekanisme jual beli barang dagangan yang pasti tujuan akhirnya adalah mencari keuntungan (wikimu.com). 
sumber data:
Mencapai Orgasmaya
URL:http://www.scriptintermedia.com

2 komentar:

  1. Memang menarik membahas tentang Kapitalisme saat ini...

    tetapi dari sejarah yang saya baca, Kapitalisme memang tidak akan mungkin hilang... Marx juga pernah memprediksi bahwa Kapitalisme bisa akan di musnahkan, tetapi pemikirannya tersebut melenceng..

    tapi bagaimana kita bisa melawan sistem tersebut dengan cara dan pemikiran apapun...

    BalasHapus
  2. ya...itulah dunia bung...hukum alam ajalah kita berpikir...nggak ada kejahatan nggak ada kebaikan

    BalasHapus